Senjata yang paling diagung-agungkan pada zaman nenek moyang kita (Bangsa Indonesia ) adalah sebuah benda yang terbuat dari logam dan dibagian ujungnya dibentuk runcing yang disebut “keris”. Mereka berkeyakinan bahwa sebilah keris memiliki kekuatan dan kelebikan yang bahkan dapat melebihi kemampuan manusia biasa. Sehingga sebilah keris dapat dijadikan sebagai barang yang di istimewakan yang suatu saat dapat dipergunakan untuk memenuhi keinginan dari pemilik benda pusaka tersebut.
Namun sebagian orang di zaman sekarang sudah pudar akan keyakinan seperti itu karena dianggapnya benda pusaka seperti keris adalah jenis senjata yang sudah ketinggalan zaman yang tidak relevan lagi di zaman yang serba canggih ini. Karena sudah banyak diketemukan adanya peralatan-peralatan senjata yang lebih modern, seperti senjata api, peluru kendali, dan sebagainya.
Dari hasil penelitian ternyata pusaka berbentuk keris ini dapat dianggap memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak pusaka keris adalah sebuah senjata yang terbuat dari logam biasa (belum mengalami perpaduan dengan bahan yang lain) tetapi memiliki kekuatan yang sangat luar biasa dari bahan aslinya. Hal ini ternyata terletak pada proses pembuatannya. Dan ini yang akan menjawab mengapa biasanya untuk dapat menciptakan sebuah keris yang sangat ampuh dibutuhkan adanya waktu yang sangat lama bahkan dalam waktu tahunan. Seperti yang terjadi pada kisah Keris Empu Gandring milik dari Ken Arok dari Tumapel yaitu dimasa sebelum kerajaan Singosari.
Pada saat Ken Arok menjadi abdi di Tumapel awal mulanya tanpa sengaja melihat barang rahasia milik Ken Dedes, istri Tunggul Ametung (seorang akuwu/penguasa di Tumapel). Dari barang rahasia Ken Dedes nampak adanya sinar yang menyala.
Dari kejadian itu oleh Ken Arok diceritakan oleh seorang brahmana yang waskita bernama Dhang Hyang Lohgawe. Menurut Brahmana tersebut, wanita dengan tanda-tanda seperti itu adalah Nareswari. Artinya wanita seperti itu adalah ratu dari semua wanita. Kalau ada seseorang yang memperisterinya baik dari golongan bawah akan menjadi penguasa yang memiliki jabatan yang tinggi.
Mendengar penjelasan sang brahmana seperti ini Ken Arok semakin bulat tekadnya untuk dapat memperistri Ken Dedes walau apapun risikonya, termasuk dengan cara membunuh Tunggul Ametung. Maka berangkatlah Ken Arok menuju tempat tinggal Empu Gandring, seorang empu pembuat keris yang sangat termashur. Dengan keris buatan Empu Gandring ini Ken Arok bermaksud membunuh Tunggul Ametung.
Ki Empu, tolong bikinkanlah saya sebuah keris yang ampuh. Saya harapkan bisa selesai dalam waktu lima bulan. Harap diperhatikan, Kyai, agar keris itu dapat selesai. Empu Gandring menjawab, Kalau kau menghendaki yang baik, seharusnya dalam satu tahun. Kalau dalam lima bulan belumlah cukup.
Ken Arok berkata lagi, Pengukiran keris itu terserah saja bagaimana bentuk serta coraknya. Saya tak peduli masalah janji, pokoknya dalam lima bulan harus selesai.
Ken Arok berkata lagi, Pengukiran keris itu terserah saja bagaimana bentuk serta coraknya. Saya tak peduli masalah janji, pokoknya dalam lima bulan harus selesai.
Setelah lima bulan, maka Ken Arok pun teringat akan janjinya, yakni akan pesanan keris tersebut kepada Empu Gandring. Empu Gandring yang pada waktu itu sedang mengikir keris. Ken Arok perlahan bicara,Kyai, sudah selesaikah keris pesanan saya itu? Empu Gandring pun menjawab pula dengan halus, Dhuh, Kaki. Kerismu itu justru yang sedang kukikir ini. Ketika mendengar jawaban tersebut, Ken Arok menjadi tak senang hati dan bersikap kurang sopan.
Ken Arok melihat kerisnya yang sedang dikikir (diperhalus). Keris diberikan oleh Empu Gandring, diterima oleh Ken Arok dan diamat-amati. Serentak sadar bahwa kerisnya belum selesai, maka Arok berkata marah. Ini keris belum rampung! Bukankah saya sudah berkali-kali berpesan. Tak ada guna-nya saya berkata kalau begini kenyataannya, Kyai. Terlalu sekali kau ini, Kyai. Masakan mengikir pun sampai lima bulan masih juga belum selesai. Benar-benar kau tak mengacuhkan pesanku, kau Empu Gandring! Ken Arok pun mengamuk membabi buta.
Empu Gandring ditusuknya dengan keris bikinan sang Empu itu sendiri. Segera sang Empu Gandring pingsan. Ken Arok keterlanjuran menurutkan api amarah. Keris disabetkan di lumpang tempat kikiran besi.
Lumpang yang terbuat dari batu itu terbelah menjadi dua. Setelah itu keris disabetkan lagi ke arah paron (alas untuk menempa besi). Paron pun pecah berkepingan. Setelah itu terdengariah suara Empu Gandring yang menyumpah serapahi, Ken Arok, besok kau sendiri pun akan mati oleh keris itu juga. Anak dan cucu-cucumu, tujuh orang raja akan meninggal pula dengan senjata
yang sama.
Lumpang yang terbuat dari batu itu terbelah menjadi dua. Setelah itu keris disabetkan lagi ke arah paron (alas untuk menempa besi). Paron pun pecah berkepingan. Setelah itu terdengariah suara Empu Gandring yang menyumpah serapahi, Ken Arok, besok kau sendiri pun akan mati oleh keris itu juga. Anak dan cucu-cucumu, tujuh orang raja akan meninggal pula dengan senjata
yang sama.
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, maka Empu Gandring pun segera meninggal. Ken Arok sangat menyesal dengan kematian Empu Gandring.
Tuah keris Empu Gandring ternyata terbukti sakti. Buktinya, keris ini berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok sendiri, dan keturunannya. Sehingga tepat seperti sumpah Empu Gandring bahwa kerisnya membunuh tujuh orang raja.
Tuah keris Empu Gandring ternyata terbukti sakti. Buktinya, keris ini berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok sendiri, dan keturunannya. Sehingga tepat seperti sumpah Empu Gandring bahwa kerisnya membunuh tujuh orang raja.
Nah dari cerita itu ternyata benar bahwa dalam proses pembuatan sebuah pusaka berbentuk keris akan memakan waktu yang tidak sedikit. Ini adalah suatu cara bagaimana dapat merubah dari bahan yang memiliki sifat fisis dan mekanis yang biasa-biasa saja menjadi istimewa. Dari hasil penelitian itu ternyata dalam proses pembuatan sebuah keris yaitu dengan cara sebuah logam dipanasi sampai merah membara dan dipukul sampai rata, setelah itu logam dipanasi lagi sampai merah membara lalu dilipat menjadi dua bagian secara memanjang dan dipukul secara merata sampai permukaannya datar lagi. Setelah itu diulangi lagi untuk memanasi logam sampai merah membara dan di lakukan pemukulan sampai rata lagi, setelah itu logam dipanasi lagi sampai merah dan dilipat menjadi dua bagian dan dilakukan pemukulan sampai rata lagi. Dan proses ini dilakukan sampai tak terhingga jumlah lipatannya tergantung seberapa kukuatan yang ingin diharapkan dari sebuah benda pusaka tadi. Kalau menginginkan sebuah benda pusaka yang memiliki kekuatan yang sangat istimewa tentunya akan memakan waktu yang sangat lama karena harus melakukan lipatan-lipatan pada logam dalam jumlah yang sangat banyak.
Kalau dibandingkan dengan teknologi sekarang ternyata teknologi yang kita pelajari membenarkan adanya peningkatan sifat fisis dan mekanis seperti itu, yaitu dapat dilakukan dengan melipat-lipat lembaran logam sebanyak-banyaknya. Didalam ilmu komposit dijelaskan bahwa bahan yang berbentuk lembaran-lembaran tipis yang digabung menjadi satu akan memiliki sifat fisis dan mekanis yang lebih tinggi dari pada bahan utuh atau pejal. Hal ini disebabkan pada setiap lembaran-lembaran tipis memiliki kemampuan tersendiri untuk menahan beban tarik dan beban tekan di sisi yang bersebelahan. Kalau jumlah lembarannya sangat banyak maka akan diperoleh gaya tarik dan tekan pada bahan yang banyak pula, artinya bahan semakin kuat. Sedangkan kalau dibandingkan dengan bahan pejal, bahan pejal hanya memiliki satu gaya tarik dan satu gaya tekan saja. Karena perbedaannya sangat besar sekali maka suatu hal yang tidak mustahil kalau benda pusaka berbentuk keris ini benar-benar memiliki kekuatan yang lebih dari logam biasa.