Super Moon :
Super Moon adalah istilah dalam dunia Astrologi, dan tidak dikenal dalam Astronomi. Super Moon adalah penampakan Bulan ketika jaraknya paling dekat ke Bumi sekitar 90% atau lebih. Dan seperti kebiasaan Astrologi, fenomena ini dikaitkan dengan bencana alam, atau karakter seseorang.
Bagaimana terjadinya Super Moon?
Bulan adalah satelit Bumi. Bulan beredar dalam orbitnya yang berbentuk elips dan bukan lingkaran. Karena lintasan yang berbentuk elips inilah, maka selama peredarannya, suatu saat Bulan berada pada titik terjauh dari Bumi, pada saat yang lain berada pada titik terdekat. Titik Bulan terdekat dengan Bumi secara astronimis disebut perigee dan titik terjauh disebut apogee.
Seperti biasanya Bulan beredar dalam orbitnya. Ketika berada sangat dekat ke Bumi (perigee) akan tampak lebih besar dari hari biasa. Bulan yang tampak lebih besar karena jaraknya mendekat ke Bumi, baik saat Bulan Purnama atau Bulan Baru inilah yang disebut sebagai Super Moon.
Extreme Super Moon:
Super Moon di titik perigee mungkin tidak selalu terjadi bersamaan dengan Bulan Purnama. Namun, pada tanggal 19 Maret 2011 ini akan menjadi hari istimewa, karena Bulan perigee terjadi bersamaan atau berdekatan dengan Bulan Purnama. Nah, saat inilah yang disebut Super Moon Ekstrim; Bulan terdekat saat Purnama.
Efek alami dari Bulan di Bumi:
Secara sains, keberadaan Bulan mempengaruhi Bumi, dan ini adalah fenomena alam biasa. Karena Bulan mengitari Bumi sebulan sekali, maka efek ini juga terjadi bulanan. Efek itu antara lain:
- Terjadinya aliran laut pasang surut karena gravitasi Bulan. Pada Bulan Purnama dan Bulan Baru pasang-surut sedikit lebih besar.
- Pasang Bumi; yakni kemungkinan adanya gempa Bumi pada saat Bulan Purnama. (Gempa Bumi adalah fenomena alam, terjadi setiap hari di bumi, tetapi kita tidak dapat mengamati, kecuali gempa yang besar2 saja.)
- Efek ke Gunung Berapi lebih tinggi pada hari-hari Bulan Purnama dan Bulan Baru.
Disamping, efek alami; ternyata manusia ada dan senang mengaitkan efek tersebut secara astrologis. Seolah bencana di Bumi itu benar2 akibat adanya pengaruh langsung dari Bulan, ini sekedar gugon tuhon = isapan jempol saja. Misalnya:
- Pada tahun-tahun 1955 dan 1992, ada bencana pada malam Super Moon.
- Pada tahun 1974, badai Topan Tracy dan banjir besar di Australia.
- Pada tahun 2005, dua minggu sebelum Super Moon, terjadi tsunami di Aceh.
- 2011 ini, Jepang hancur oleh gempa Bumi dan tsunami lalu krisis reaktor nuklir juga akibat dari Super moon ini,
- dll…
Astrologi dan astronomi pada awalnya (sebelum Abad 17) satu. Setelah abad ke-18 baru dianggap sebagai disiplin ilmu yang benar-benar terpisah. Astronomi, mengkaji objek dan fenomena yang berasal di luar atmosfer Bumi, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sedang Astrologi, mempelajari benda-benda langit lalu menggunakan arti posisi benda-benda langit itu sebagai dasar untuk psikologi, prediksi peristiwa masa depan, dan pengetahuan esoterik lainnya. Astrologi bukanlah ilmu pengetahuan dan biasanya lebih dikenal sebagai ilmu ramalan.
Nah, lepas dari hal2 yg njlimet terkait super moon – astrologi, mari kita fokuskan pada 19 maret 2011 ini, yang astronomis saja. Ahad dini hari (20/3) itu akan kita saksikan fenomena langka, yakni Bulan Purnama sekaligus Bulan terdekat ke Bumi, atau Moon @ Perigee.
Secara astronomis, puncak Full Moon atau Bulan Purnama terjadi pada 19 Maret pukul 18:11 GMT/UT atau waktu Indonesia pada 20 Maret pukul 01:11 WIB, dan Moon Perigee akan terjadi sekitar jam 02:10 WIB, pada jarak sekitar 356.577 km.
Berikut kira2, penampakan Bulan saat jaraknya terdekat ke Bumi pada tanggal 20 Maret 2011 itu
Ya iya, sebab ini sudah hasil potret oleh NASA. Kalau mau yg beda dan lain, kita saksikan tengah malam itu dan kita potret sendiri. Cukup dengan Binokuler atau keker saja, insya Alloh hasilnya akan sungguh beda…
Kalau mendung ya nasib, tapi ada cara yang ndak terpengaruh cuaca di Bumi, seluruh objek dalam tata Surya bisa kita saksikan, silahkan kunjungi alamat ini:
Akhirnya saya kopikan pesan Prof. Thomas Djamaluddin:
Potensi bencana tetap harus diwaspadai bila ada efek penguatan dengan faktor lain, baik faktor cuaca maupun faktor geologis. Bila cuaca buruk di laut dan wilayah pantai diperkuat dengan efek pasang maksimum saat perigee dan purnama, harus diwaspadai potensi bahaya di wilayah pantai yang mungkin saja menyebabkan banjir pasang (rob) yang lebih besar dari biasanya. Demikian juga bila penumpukan energi di wilayah rentan gempa dan gunung meletus, efek penguatan pasang surut bulan mungkin berpotensi menjadi pemicu pelepasan energi. Tetapi kondisi perigee bulan bersamaan dengan purnama bukan sebagai sebab utama bencana, tetapi bisa menjadi pemicu efek penguatan faktor lain. Artinya, kalau tidak ada indikasi cuaca buruk di wilayah pantai atau tidak ada penumpukan energi di wilayah rawan gempa dan wilayah rawan gunung meletus, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan posisi perigee bulan bersamaan dengan purnama.